Sunday, December 13, 2015

udang vaname adalah udang air payau yang banyak di konsumsi oleh pra pembudidaya di indonesia. kelebihan udang vanname ini adalah tahan terhadap penyakit serta memiliki cita rasa dan bernilai ekonomis tinggi.
dI BAPPL Serang, Banten telah di lakukan BUSMETIK ( Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik ). busmetik ini di jalankan oleh taruna sebagai sarana praktek keahlian dan untuk mendukung proses pembelajaran .
udang vanname dipelihara di tambak mulai PL 7-12 selama 3 buln . pada pemeliharaan udang vanname ini agar pembesaran nya bisa mendapat keuntungan tentunya harus dilakukan dengan perlakuan yang baik dengan peberian probiotik yaitu untuk menumbuhkan bakteri baik yang dapat mengurai sisa-sisa metabolisme udang yang dipelihara, dan juga diberi vitamin kepada udang setiap pagi nya . pemberian pakan yang teratur dan dengan dosis yang cukup adalah aktor yang menunjang kebberhasilah pembesaran .
pada usia 3 bulan udang vanname dapat di panen .

untuk melihat proses panen nya dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=2kHq3kXx9dU

Friday, November 13, 2015

pemeliharaan larva udang vanname


I.         PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang di Indonesia terus dikembangkan karena permintaan konsumen dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Kebutuhan pasar dunia terhadap komoditas ini merupakan satu peluang potensial yang dimiliki oleh sumberdaya alam Indonesia untuk menambah nilai devisa negara dari sektor budidaya.Menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Victor P. H. Nikijuluw dalam Silalahi (2012), Nilai ekspor udang pada tahun 2012 mengalami kenaikan dua kali lipat dari tahun 2011 yaitu US$ 1,2 miliar dengan volume sekitar 150.000 ton menjadi US$ 2 miliardengan volume 300.000 ton.

Untuk mendukung revitalisasi dan peningkatan produksi udang vaname di Indonesia maka diperlukan  usaha pembenihanudang vanameyang merupakan salah satu jenis udang introduksi,udang vanameakhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3). Produksi udang vannamei dapat mencapai  835-1050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, ukuran panen antara 55-65 ekor/kg(KKP, 2012). Menurut Sujianto (2012) harga udang vaname mencapai sekitar Rp. 44.000 per kg dengan isi 69 ekor.Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, usaha pembenihan udang ini sangat potensi dan prospektif pengembangannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Persiapan Wadah

            Pemeliharaan larva dilakukan di Nucleus Centerdengan menggunakan bak beton berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 m3. Bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan aerasi penuh pada masing-masing bak. Sistem aerasi yang digunakan berupa aerasi gantung dengan jarak 5 cm dari dasar bak untuk mencegah teraduknya kotoran dan sisa pakan.Permukaan atas bak ditutup dengan menggunakan plastik transparan untuk menjaga kestabilan suhu, suhu pada media pemeliharaan berkisar antara 30-33°C.

 

Sebelum digunakan, bak pemeliharaan dicuci dengan deterjen serta clorin, kemudian dibilas dengan air tawar sampai bersih, lalu bak dikeringkan. Setelah itu, bak diisi dengan air laut hingga 2/3 bagian. Sehari sebelum naupli ditebar pada media pemeliharaan dilakukan pemberian EDTA 10 ppm.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 Bak pemeliharaan larva

B. Penebaran Naupli

            Naupli dari ruang penetasan ditrasnsportasikan menuju Nucleus Centeruntuk dilakukan pemeliharaan sampai ukuran postlarva (PL) 12.Penebaran naupli udang vaname dilakukan pada pagi atau sore hari agar terhindar dari fluktuasi suhu yang tinggi yang dapat menyebabkan larva stres dan mengalami kematian. Ukuran naupli yang ditebar yaitu N2-N3 denganpadat tebar 100 ekor/liter. Sebelum naupli dimasukkan ke bak pemeliharaan maka dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu sampai kondisi air (pH, suhu, alkalinitas, dll) yang ada di dalam wadah transportasi sama dengan wadah pemeliharaan. Aklimatisasi dimaksudkan agar naupli tidak stres.Nauplidiaklimatisasi dengan cara mengalirkan air bak pemeliharaan nauplike dalam baskom yang berisi naupli sedikit demi sedikit. Proses aklimatisasi selesai jika baskom yang berisi nauplitelah tenggelam ke dalam air bak pemeliharaan. Setelah penebaran dilakukan, bak pemeliharaan ditutup dengan plastik transparan tembus cahaya agar suhu tetap stabil.

C.  Pemberian Pakan

             Udang vaname memiliki beberapa stadia, yaitu nauplii, zoea, mysis, dan post larvae (PL). Setiap stadia memiliki ciri dan tingkah laku yang berbeda. Fase udang saat awal menetas disebut nauplii1-6(kurang lebih 2 hari) kemudian berkembang menjadi zoea 1-3 (3 hari), kemudian tumbuh hingga fase mysis1-3 (3 hari), dan menjadi fase post larvae(PL1-12) selama 12 hari. Ukuran pakan disesuaikan dengan bukaan mulut larva dan PL.

            Pada masa awal pemeliharaan naupli belum diberikan pakan sampai naupli berganti stadia zoea 1 baru dilakukan pemberian pakan dengan pakan alami Chaetocerosdan pakan buatan. Pakan alami Chaetocerosyang diberikan disesuaikan dengan kondisi plankton yang ada di dalam media yaitu minimal 20.000 sel/ml. Pemberian pakan alami Chaetocerosdilakukan sampai stadia mysis 3. Sedangkan pakan buatan yang diberikan berupa kombinasi antara Fripak CAR CD 1 dengan Flake (70% : 30%) sampai stadia zoea 3. Pada stadia mysis 1 – 3 diberikan pakan buatan berupa kombinasi antara Fripak CAR CD 2 dengan Flake (70% : 30%). Sedangkan untuk stadia postlarva (PL) pakan alami yang diberikan yaitu berupa Artemia dan pakan buatan yang diberikan yaitu kombinasi antara Inve PL dengan Flake (70% : 30%). Dosis pakan yang diberikan dapat dilihat pada tabel 3. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 11 kali dalam sehari dengan selang waktu dua jam ( Tabel 1 ).

Tabel 1. Jadwal pemberian pakan pada larva udang vaname

Waktu
Jenis Pakan
05.00
Pakan buatan
07.00
Pakan buatan
09.00
Pakan alami
11.00
Pakan buatan
13.00
Pakan buatan
15.00
Pakan alami
17.00
Pakan buatan
19.00
Pakan buatan
21.00
Pakan alami
23.00
Pakan buatan
01.00
Pakan buatan
 


 
 
 
 


ZZ

 

(a)                                                    (b)                               (c)       

Gambar 2. (a) Frippak PL, (b) Frippak CAR CD1 dan CD 2, dan (c) Flake

 

D.  Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air berkaitan erat dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung pertumbuhan udang secara optimal. Hal ini berhubungan dengan faktor stres udang akibat perubahan kualitas air di dalam wadah budidaya. Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau yaitu suhu, salinitas, pH air, kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) dan amonia. Parameter-parameter tersebut akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh udang, seperti keaktifan mencari makan, proses pencernaan, dan pertumbuhan udang (Haliman dan Adijaya, 2005).

Pengelolaan kualitas air dilakukandengan penambahan air pada stadia PL1-PL2 dan pergantian air secara rutin setiap hari pada stadia PL3-PL12. Pergantian air pada stadia PL3 dilakukan 30%, untuk stadia PL4-PL5 50%, stadia PL6-PL8 80%, dan PL9-PL12 100%. Selama stadia naupli sampai mysis tidak dilakukan pergantian air karena ukuran larva masih kecil dan rentan dengan perubahan suhu maupun kondisi perairan yang tiba-tiba. Pergantian air secara rutin dilakukan untuk menjaga kualitas air agar tetap baik dan layak bagi pertumbuhan larva serta mencegah terjadinya akumulasi sisa bahan organik. Penyiponan juga dapat dilakukan pada saat media pemeliharaan terlihat keruhuntuk menghindari penumpukan bahan organik yang berasal dari kotoran dan sisa pakan.

Suhu air harus tetap stabil, selama masa pemeliharaan suhu air berkisar antara 30-33°C. Suhu merupakan salah satu parameter fisika pada kualitas air. Pengukuran suhu pada bak larva ini dilakukan dengan alat termometer yang telah terpasang pada tali diantara aerasi. Pengukuran suhu air dilakukan setiap hari pada waktu pagi secara rutin dengan tujuan agar selama pemeliharaan larva proses metabolisme dan metamorfosis larva lancar. Suhu pada pemeliharaan larva berada pada kisaran 30°C – 33°C. Suhu pada kisaran ini merupakan suhu yang cukup optimal bagi pertumbuhan larva udang vannamei. Hal ini sesuai dengan pendapat Haliman dan Adijaya (2003), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32°C.

 Suhu berpengaruh langsung pada metabolisme udang, pada suhu tinggi metabolisme udang dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah proses metabolisme diperlambat. Bila keadaan seperti ini berlangsung lama, maka akan mengganggu kesehatan udang karena secara tidak langsung suhu air yang tinggi menyebabkan oksigen dalam air menguap, akibatnya larva udang akan kekurangan oksigen (Haliman dan Adijaya, 2003). Dalam pemeliharaan larva, suhu air dipertahankan dengan cara menutup bak dengan menggunakan plastik agar suhu air dapat terjaga pada kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan udang. Pengukuran kualitas air juga dilakukan setiap minggunya, rata-rata salinitas pada media pemeliharaan yaitu 31-33 ppt, sedangkan untuk pH yaitu antara 7-8.

E.  Pengamatan Kondisi dan Perkembangan Larva dan PL

            Pengamatan kondisi dan perkembangan larva dilakukan agar dapat mengetahui populasi untuk menentukan banyak pakan yang diberikan serta mengetahui kondisi fisik (kesehatan) dan perkembangan tubuh larva pada berbagai stadia.

Perkembangan stadia larva udang vaname meliputi stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia postlarva. Stadia naupli merupakan stadia awal setelah udang menetas dari telurnya, pada stadia ini  larva udang masih belum memiliki sistem pencernaan sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur sehingga belum membutuhkan makanan dari luar. Menurut Haliman dan Adijaya (2005) pada stadia ini, larva berukuran 0,32 - 0,58 mm dan stadia naupli terbagi atas enam tahapan (N1-N6) yang lamanya berkisar antara 46-50 jam.

Menurut Haliman dan Adijaya (2005) stadia selanjutnya adalah stadia zoea, stadia ini terjadi setelah naupli ditebar di bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 - 3,30 mm. Pada stadia ini, benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, zoea 3. Lama waktu proses pengantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4 - 5 hari. Stadia zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama kadar garam dan suhu air. Zoea mulai membutuhkan pakan berupa fitoplankton (Chaetoceros)

Stadia Mysis menurut Haliman dan Adijaya (2005) pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Mysis bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara membengkokkan badannya. Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva sudah berkisar 3,50 - 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadia, yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3 yang berlangsung selama 3 - 4 hari sebelum masuk pada stadia post larva.

Stadia Post larva, menurut Haliman dan Adijaya (2005) pada stadia ini benih udang sudah tampak seperti udang dewasa dan sudah mulai bergerak lurus ke depan. Fase post larva sampai ukuran panen dimulai dari hari ke-11 sampai hari ke-21 yaitu PL 1 sampai PL 10. Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut (setae) untuk renang. Stadia larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar perairan, pakan yang disenangi berupa zooplankton.

            Pengamatan  perkembangan stadia larva udang dilakukan secara langsung (kasat mata) dengan mengambil sampel larva atau PL dari bak pemeliharaan menggunakan backer glass kemudian diarahkan ke cahaya untuk melihat kondisi tubuh larva, sisa pakan, pigmentasi, usus, dan kotoran atau feses. Selain itu juga dilakukan pengamatan lebih detail lagi dengan melakukan pengamatan di bawah mikroskop. Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati morfologi tubuh larva, pathogen maupun parasit yang menyebabkan larva atau PL terserang penyakit.

 

 

 


Description: D:\KULIAH\Semester 7\Praktek Lapangan Akuakultur\Magang zie\Foto magang Situbondo\Stadia Larva\Larva 2 (30-07)\Naupli\H1\Okeeeh041.jpgDescription: D:\KULIAH\Semester 7\Praktek Lapangan Akuakultur\Magang zie\Foto magang Situbondo\Stadia Larva\Larva 2 (30-07)\Zoea\H1\zoea...jpg
Description: D:\KULIAH\Semester 7\Praktek Lapangan Akuakultur\Magang zie\Foto magang Situbondo\Stadia Larva\Bak B123 (23-07)\M1..jpg
Description: D:\KULIAH\Semester 7\Praktek Lapangan Akuakultur\Magang zie\Foto magang Situbondo\Stadia Larva\Bak A1234 (20-07)\PL2..jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





Mysis
 





Zoea
 






Nauplii
 





Post larvae
 

                                                                                                          




Gambar 3 Stadia pertumbuhan pada udang vaname.
 

 

 


F. Pencegahan Penyakit

            Proses pencegahan penyakit dilakukan melalui penerapan biosecurity, sanitasi, dan pemberian obat. Biosecurity dilakukan dengan menyediakan air yang diberi kalium permanganat (KMnO4) atau kaporit (dosis 1-2 ppm) pada kolam depan pintu masuk ruangan. Sedangkan sanitasi dilakukan dengan merendam peralatan baik yang belum terpakai maupun yang telah terpakai dengan kaporit atau formalin.

            Pencegahan terhadap penyakit pada larva dilakukan dengan pemberian EDTA, treflan, serta probiotik. EDTA diberikan sebanyak 2 ppm pada saat pergantian stadia yaitu mulai dari stadia zoea, mysis, dan postlarva sampai pada PL5. EDTA berfungsi sebagai pengikat bahan organik,  logam berat serta meminimalkan protozoa yang ada di dalam media pemeliharaan. Pemberian treflan dilakukandengan dosis 0,05 ppm, pemberian treflan pada media pemeliharaan digunakan sebagai treatment membunuh jamur dan bakteri yang merugikan. Probiotik  yang digunakan yaitu campuran antara Aquaenzyms dan molase dengan dosis 1 ppm sampai stadia mysis serta 2 ppm pada stadia PL.

Pemberian probiotik digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh larva terhadap serangan patogen. Probiotik juga dapat menekan pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi melalui kompetitor dalam pengambilan nutrisi. Jenis organisme yang umumnya menyerang larva udang adalah golongan protozoa, jamur, bakteri, virus, dan cacing.



 

 

 

 

 


(a)                                            (b)                                        (c)

Gambar 4. (a) EDTA (b) Treflan (c) Probiotik (Aquaenzyms)

G.  Sampling Pertumbuhan

            Larva dipelihara selama kurang lebih 1 siklus selama 20 hari sampai menjadi benih yang siap dipasarkan yaitu berukuran PL10-PL12.Sampling dilakukan setiap hari pada pukul 05.00 untuk mengetahui kondisi larva, keseragaman larva, serta kepadatan larva. Sampling dilakukan pada empat titik untuk setiap bak pemeliharaan, yaitu dengan pengambilan 1 liter air untuk setiap titik.

H. Pemanenan Benih

            Tahap pemanenan dilakukan setelah benih yang dipelihara sampai PL12.Langkah – langkah pemanenan yaitu air disurutkan sebanyak 70%, selanjutnya benih diserok dengan menggunakan jaring berukuran sedang (seser) lalu ditampung dibaskom.Kemudian dilakukan sampling untuk mengetahui jumlah benih hasil panen. Setelah itu benih siap untuk di packing

perbandingan 1 : 3 antara air dan oksigen. Kepadatan minimal benih yang dapat di-packingyaitu2.000 ekor per kantong. Sebelum dikemas suhu air yang ada pada media diturunkan terlebih dahulu, suhu air berkisar antara 18-240C , hal ini dilakukan untuk menurunkan metabolisme benih saat ditransportasikan. Selain itu pada setiap kantong diberi karbon aktif untuk  mengikat amonia pada saat benih ditransportasikan. Penghitungan benih dilakukan dengan perhitungan kering yakni dengan menghitung benih dalam satu sendok khusus (berlubang kecil sehingga yang terhitung hanya benih). Satu sendok benih itu diletakkan di baskom berisi air lalu dilakukan perhitungan. Benih yang sudah dikemas selanjutnya dimasukan ke dalam kotak styrofoam atau kardus dan diberi es batu di sela-sela plastik untuk menjaga suhu selama proses pengiriman. Satu kotak styrofoam dapat diisi 8 kantong. Proses yang terakhir, kotak styrofoam ditutup dan disegel dengan lakban sehingga isi styrofoam tidak tumpah dan terhindar dari kontak udara.